SELAMAT DATANG DI KABAR MAHASISWA PAPUA

Breaking News

Cara Milisteristik di "NDUGA"

Foto: Yunus Gobai/Dok


Oleh Yunus Gobai, Ketua komisi HAM & Komsos di Paroki Kristus Sang Gembala Wedaumao. Jumat 26 Juli 2019


Jayapura PAPUAPOS.com | SEJAK terjadi saling kontak pada 2 Desember 2018 hingga saat ini, ratusan rumah, Gereja, Gedung-Gedung sekolah habis terbakar. 40 ribu warga mengunsi ke luar. Paling sedikit 139 warga meninggal dalam pengunsian. Kondisi kesehatan buruk, kekurangan makan, gisi buruk, putusnya akses sekolah, tempat tinggal, menjadi cerita wajah pengunsi di hari-hari mereka dibawa camp beratap terpal.

Pendudukan Indonesia dengan cara Militeristik itu bukan baru pertama kali. Taman Lorenz di Ndugama menjadi incaran pemodal dibalik konflik itu.

Sehingga rakyat di usir dengan penyisiran. TPN PB menyadari akan hal itu. Sehingga Egianus Kogoya nyatakan tak boleh ada pembangunan jalan sepanjang Indonesia masih menduduki, sebab itu keuntungannya tidak untuk rakyat Papua Barat.

Kejahatan Perang di Nduga

Jumlah masyarakat sipil yang meninggal dan yang mengungsi akibat konflik bersenjata di nduga telah melanggar hak asasi manusia seperti hak hidup, hak atas rasa aman, hak kesehatan, hak tempat tinggal, hak pendidikan dan hak-hak lainnya.

Semua fakta itu menjadi satu kesatuan dalam tindakan yang terjadi secara struktural dan sistematik yang dilakukan oleh di nduga dan berdampak pada hak asasi manusia masyarakat sipil Nduga. Hal ini membuktikan bahwa para peserta agung dalam konflik bersenjata tidak mengunakan prinsip-prinsip perang yang dijamin dalam Konvensi Jenewa 1949.

Atas fakta itulah dapat disimpulkan telah terjadi dugaan tindakan kejahatan perang sebagaimana dijamin dalam Statuta Roma

Kesimpulan

Dunia  memahami papua masih  terus bergejolak, satu diantara adanya  pelanggaran HAM  dan persoalan serius yang  mengancam  keberlangsungan hidup pendusuk Papua di Nduga. Pristiwa konflik kekerasan,  dan tragedi kemanusian  terjadi di tanah Papua.  Itu tersirahkan hingga  ke dunia Internasional.

Pendekatan keamanan dalam menyelesaikan gejolak dan ragam fenomena soaial  di tanah Papua  "Nduga" menghubungkan gerahkan papua tanah damai yang pernah dideklarasilan,  tim peduli Nduga atau lembaga NGO dll. Anak-anak orang mudah, dan masyarakat Papua  telah menjadi korban  tindakan kekerasan dan sewenang- wenang.

Kekerasan berbagai ke penjuru dari perkampungan hingga perkotan wilayah Papua. Generasi papua, anak-anak  yang lahir, remaja, dan beranjak dewasa tumbuh dan berkembagan dalam budaya kekerasan dan  konflik. Bahakan sebagain generasi  hilang karena hidupnya berakhir  di ujung senjata.

Penulis : Eki Gobai
autor     : Nato Gobai
#saves_papua#


No comments

TERIMAH KASIH SUDAH MENGUNJUNGI KABAR MAHASISWA PAPUA