SELAMAT DATANG DI KABAR MAHASISWA PAPUA

Breaking News

SELAMAT DAN SUKSES KE 4 WISUDAWAN DI KAMPUS UNIVERSITAS SATYA WIYATA MANDALA NABIRE PAPUA TENGAH

Dok foto wisudawan Nabire, 16 November 2023 di kampus Universitas Wiyata Mandala Nabire Papua Tengah


Selamat Sukses Buat Oktopianus Gobai, S.Ip Otniel Yeimo,S.Ip Selpia Yeimo,S.Ab dan Deki Gobai,S.T  yang telah hari in Menyandang  Gelar Sarjana. Nabire, today 16 November 2023.

Secara Pribadi Natalis Gobai Menyampaikan Ucapan selamat berhasil tahapan ini, dan juga ada beberapa tahap yang masih belum lagi. berhenti bukan memutuskan tinggal diam, tetapi harus upayakan perjuangan selanjutnya saya bangga atas Meraih gelar kesarjanaannya,Universitas Ini Memutuskan saudara sebagai pecahan perjuangan Pendidikan dilembaga Pengembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi, jalan satu satunya agar berperan aktif memulai dari kelas nol%. Tetap semangat dalam segala hal agar mudah mendapatkan pekerjaan, kini waktunya generasi penerus, sedang menyiapkan bekal saudara bisa diterima lapangan kerja. 

SETIAP pelajar, dan Mahasiswa pasti bermimpi akan menjadi sarjana sesuai cita-cita. Setelah sarjana, apakah itu berarti perjuangan dan perjalanan panjang yang cukup melelahkan menjadi mahasiswa. 


Tantangan baru pasti menghadang langkah Anda setelah meraih gelar sarjana. Tantangan yang tidak kalah hebatnya di saat masih kuliah, tantangan yang menuntut kesiapan intelektual yang tinggi dan bermental.

 

Di situlah nantinya Anda menerapkan atau mengamalkan ilmu yang diperoleh sejak di bangku kuliah  dan sekaligus membuktikan kemurnian hasil (IPK) yang diperoleh  dengan menampilkan kualitas sebagai sarjana terhadap masyarakat. 


Sudah pasti, kenikmatan baur kebanggaan terasa tatkala tiba saat di wisuda, dan hal ini juga akan dirasakan oleh kedua orang tua dan keluarga lainnya. Kenikmatan dan kebanggaan tersebut biasanya akan mencapai puncak klimaksnya setelah berlalu sampai satu minggu lamanya.

 

Setelah itu manakala belum ada bayangan akan jadi apa nantinya, maka kenikmatan dan kebanggaan itu surut dan berganti dengan kecemasan dan kegelisahan yang berkepanjangan. Hal ini terjadi karena sang sarjana tersebut memasuki babak kebingungan dengan kecemasan, di saat itu dia mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri.


 “Jadi apakah saya ini nantinya? Mampukah saya bersaing di antara beribu-ribu pencari kerja, dan kalau tidak lolos dalam suatu seleksi di pasaran kerja mau dikemanakan diri ini?” Itu hanya satu pertanyaan, belum lagi pertanyaan-pertanyaan lain yang mulai menggerogoti pikiran, yang akhirnya membawa dia jadi pesimis menyosong masa depan. Menyandang gelar sarjana bukanlah hal yang ringan, karena di mata masyarakat seorang sarjana berarti manusia yang mempunyai nilai lebih dari manusia lainnya.


Secara otomatis, persepsi masyarakat terhadapnya bahwa sarjana ini mampu melakukan hal yang berguna untuk pribadinya, bangsa dan negara.Namun pada kenyataannya saat ini, tidak sedikit penyandang gelar sarjana yang tidak mampu berbuat lebih banyak sesuai dengan harapan masyarakat. Bahkan tidak sedikit pun yang sama sekali belum mampu berbuat apa-apa. Mengapa demikian? Jawabannya tentu beragam: faktor kesempatan, faktor gengsi, faktor psikologis, dan faktor-faktor lain yang dianggap berpengaruh. Sementara bagi masyarakat awam terlalu sulit untuk menerima dan memaklumi alasan-alasan yang biasa dikemukakan dan bahkan tanpa segan memberikan tanggapan yang memojokkan penyandang gelar sarjana yang belum bisa apa-apa.


Di titik inilah beratnya menjadi seorang penyandang gelar sarjana. Untuk mendapatkan lapangan pekerjaan bagi seorang sarjana baru tidakkah membalik telapak tangan, hal ini disebabkan karena membengkaknya jumlah sarjana setiap tahunnya. Hal ini tidak diimbangi dengan lapangan kerja yang tersedia. Sehingga persaingan di pasar kerja semakin ketat.


Bagi mereka yang beruntung terjaring dalam suatu pasaran kerja tidaklah jadi soal, tapi bagi mereka yang kurang beruntung bagaimana caranya? Mampukah mereka mengambil alternatif lain ataukah mereka itu hanya memilih diam dalam kepasrahan sambil datangnya keberuntungan, dan sampai kapankah mereka itu harus menunggu?


Dalam kondisi yang tidak menentu atau tidak pasti bagi dirinya, seorang sarjana dituntut untuk bisa mengambil alternatif lain dalam hal kerja guna menghindari sorotan negatif dari masyarakat dalam menyangkal propaganda intelek. Namun, adakah kesiapannya untuk itu?

 

Dalam hal seperti ini, diperlukannya jauh-jauh sebelum sarjana membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan lain di luar ruang lingkup kesarjanaan Anda. Sebagai cadangan terhadap segala kemungkinan yang bisa saja terjadi.


Dan tidak ada jeleknya memiliki beragam pengetahuan dan keterampilan lainnya, malah sebaliknya semakin baik sebagai penunjang untuk meraih kesuksesan di masa mendatang. Misalnya saja mencoba menjadi pengusaha kecil-kecilan ketika masa pelajar bisa mengasah kemampuan menggaet konsumen. Keterampilan yang bisa digunakan nanti.


Kendala yang kebanyakan penyandang dana gelar sarjana dilandanya adalah adanya gengsi tinggi yang dimilikinya. Karena gengsi, mereka tidak ingin bekerja sembarangan, mereka ingin mendapatkan pekerjaan yang setara dengan tingkat kesarjanaannya, mereka ingin langsung mendapatkan kedudukan terhormat tanpa harus meniti karir dari bawah. Tanpa itu, kebanyakan mereka lebih baik memilih mengungkung diri di rumah sambil merenungkan nasib dan mimpi tentang masa depan yang indah. “Ah, suatu mimpi belaka yang rasanya tak mungkin tergapai tanpa harus melalui usaha dan kerja keras”.


Kasus di atas jarang dialami oleh penyandang gelar sarjana baru dan ini membuktikan sekaligus bahwa menyandang gelar sarjana itu tidaklah selamanya menyenangkan. Gelar tersebut menuntut untuk dapat dipertanggungjawabkan baik terhadap diri sendiri, keluarga, maupun kepada masyarakat. Tantangan yang harus dihadapi sarjana jebolan zaman sekarang memang lebih besar.

 

Gelar sarjana sekarang bukan lagi merupakan jurus pamungkas seperti pada tempoe doeloe. Kenyataannya, gelar sarjana terbukti tidak lagi memberikan jaminan seratus persen untuk bisa mewujudkan impan dan harapan akan masa depan yang cemerlang. Misalnya, Pak Dahlan Iskan yang berhenti kuliah, toh nyatanya beliau menjadi Menteri BUMN saat ini.


Di balik kenyataan pahit yang sudah dijabarkan di atas, masih ada kok penyandang gelar sarjana yang bernasib baik tanpa harus bingung dan cemas menghadapi masa depan. Begitu selesai, pekerjaan sudah menanti, bahkan di antaranya ada yang langsung ditawari pekerjaan bergaji tinggi. Sungguh bahagia bagi mereka yang mengalami hal tersebut.


 Tapi ingat! Kenyataan semacam itu akan dialami oleh mereka yang memiliki prestasi gemilang selama duduk di bangku kuliah, dan meraih prestasi adalah suatu hasil usaha dengan perjuangan yang tak mudah. Ia menuntut keuletan, ketekunan, dan ketabahan.

 

Adakah Anda memiliki hal seperti itu? Karena itu marilah kita mengintrospeksi diri sudah sejauh mana kita telah memiliki kualitas sebagai seorang sarjana maupun bibit-bibit penyandang gelar sarjana kelak.


Bagi yang sementara berjuang di arena ilmu berpikirlah akan berpikir lebih maju dan bekalilah diri sebanyak mungkin dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan sebelum datangnya gelar sarjana, agar Anda tidak termasuk orang yang bingung dan cemas nantinya. Akhirnya, mari meniti hari-hari bersama keyakinan!


Kita memilih Sarjana karena merasa siap menyosong masa depan, bukan karena merasa takut! andang Gelar Strata Pada Kampus Universitas Wiyata Mandala Nabire Papua Tengah,*tutup*.




Admin: N. Gobai

Reporter Gobaiibo. 




No comments

TERIMAH KASIH SUDAH MENGUNJUNGI KABAR MAHASISWA PAPUA